
Sumber Gambar : https://natih.net
Sikap Seorang Muslim Menghadapi Quarter Life Crisis
Oleh : Afifah Husnul Amin
Tak dapat pungkiri, di era zaman yang kian berkembang banyak sekali tantangan baru yang kerap terjadi pada generasi penerus bangsa saat ini. Salah satunya adalah Quarter Life Crisis yang tengah hangat di perbincangkan akhir-akhir ini. Dapat dilansirkan dari ahli Pakar Mental Health, kebanyakan remaja masa kini mungkin sedang mengalami fase Quarter Life Crisis. Fase ini menimbulkan beberapa gejolak emosi yang bisa berpengaruh pada perilaku remaja.
Melansir dari Psychology Today, Quarter Life Crisis ini biasa di alami oleh remaja umur 20an hingga menjelang 30an. Di masa-masa ini, remaja sering merasa binggung terhadap arah kehidupannya serta masa depannya. Tak jarang remaja yang mengalami kondisi ini selalu mempertanyakan hal-hal di kehidupannya. Rasa ketakutan akan kegagalan pada pekerjaan, hubungan dengan pasangan dan sosial menjadi salah satu pemicu stres pada fase peralihan ini. Bahkan saking tidak tahan dengan Quarter Life Crisis, remaja menjadi stres dan berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Karenanya, remaja perlu mengantisipasi fase transisi ini.
Tentu sangatlah normal jika hal ini terjadi dan kondisi ini bukanlah bagian dari ganguan mental, akan tetapi ketika seseorang mengalami fase ini, hal ini tidak boleh disepelekan sebab bisa menggangu psikologi seseorang yang menghadapinya, dan bisa berdampak depresi. Supaya hidup lebih produktif dan pikiran lebih positif dalam menghadapi kondisi ini, tentunya perlu pedoman hidup dalam menghadapi Quarter Life Crisis ini.
Bagi seorang Muslim, Islam telah merujuk setiap solusi dalam berbagai hal di aspek kehidupan kita. Di dalam Al-Quran dan Hadis, sudah sangat jelas bagaimana manusia menghadapi berbagai aspek kehidupan di dunia ini. Manusia diciptakan melainkan suatu sebab dan suatu tujuan. Dan kedua pedoman ini, tentunya telah menjadi sadaran penting serta rujukan bagi setiap muslim tanpa kecuali guna mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat untuk manusia yang lainnya.
Lantas bagaimana sikap kita dalam menghadapi kondisi ini?
Pertama, dengan mengingat Allah SWT. Allah telah menjelaskan didalam Firman-Nya Surah Ar Rad’: 28 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Mengutip perkataan Imam Ghazali bahwa “Salah satu penyebab lemahnya cinta kepada Allah adalah kiatnya cinta kita kepada dunia”. Mungkin saja salah satu kondisi yang membuat kita terus menerus binggung akan arah hidup yang sebenarnya, membuat hati kita menjadi gundah sebab kita sedang jauh dari keimanan, dan mungkin kita belum memaknai Islam secara penuh hingga hilang arah. Maka, itulah mengapa sangat penting bagi kita untuk mengingat Allah, baik itu di kala gundah, maupun disaat mencemaskan banyak hal termasuk sesuatu hal yg belum terjadi, yaitu dengan mengingat Allah.
Kedua, Jangan membandingkan hidup dengan orang lain. Hal inilah yang sering terjadi sehingga membuat diri kita menjadi seorang yang pesimis hingga memperkuat Quarter Life Crisis.
Dalam hal ini, janganlah kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Karena jalan kesuksesan hidup orang itu berbeda-beda. Fokuslah kepada hal-hal yang menjadi prioritas kehidupan kita dan mintalah bantuan dengan Allah SWT. Allah SWT menjelaskan dalam Firman-Nya, “Mintalah bantuan (kepada Allah) melalui ketabahan dan doa.” (QS. Al-Baqarah: 45).
Ketiga, Berikhtiar dan bertawakkal kepada Allah. Berikhtiar adalah wajib bagi setiap manusia dalam upaya untuk mencapai segala yang diinginkannya. Al-Quran mengajarkan pada manusia untuk senantiasa bertawakkal. Selain memiliki sikap optimisme dan melakukan ikhtiar, langkah selanjutnya adalah bertawakkal kepada Allah SWT. Dari Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya” (QS. Ali Imran: 159).
Allah akan memberi bantuan kepada seseorang selama dia memberi bantuan kepada sesamanya. Dilanjutkan dengan usaha lain yaitu berdoa. Doa, menurut M. Qurasih Shihab, merupakan manifestasi dari harapan kita kepada-Nya dan bukti optimisme kita terhadap Allah SWT. Karena Banyak di antara kita maupun teman-teman kita yang lain memiliki ketidakpuasan atas apa yang sudah dimiliki dan selalu ingin mendapatkan lebih. Jika kita sering berpikir ‘seharusnya saya begini ya’ atau ‘saya harus melakukan ini’, berarti kita sedang berusaha memenuhi standar yang dibuat oleh orang kebanyakan. Hal ini yang membawa pada Quarter Life Crisis.
Keempat, Bersabar, Bersyukur, dan Ikhlas. Nabi Muhammad Saw bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, “Hakikat kesabaran (kesempurnaan) dinilai pada saat-saat pertama dari kedatangan malapetaka (bukan setelah berlalu sekian waktu).”
Jika masih juga belum berhasil mencapai target atau tujuan yang diinginkan, maka tetaplah bersabar karena semua ada waktunya. Bersyukurlah agar Allah menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Nikmat tersebut bisa berupa kesehatan, panjang umur dan keluangan waktu. Ikhlaslah dalam menjalani semua itu, karena dengan hati yang ikhlas bisa membuatmu menjadi lebih tenang. Dengannya juga, menghadapi fase Quarter Life Crisis ini juga akan terasa lebih ringan berkat ketentraman jiwa, tekad yang bulat dan Allah SWT yang selalu memberikan rahmat.
Yakinlah, Allah Maha Mengetahui, termasuk kemana kaki kita akan melangkah, sedangkan kita? Kita hanya akan tahu tepat disaat kita mulai berpindah arah dan berpijak. Lantas mengapa kita harus mencemaskan sesuatu yang belum tentu akan terjadi pada hidup kita?
Berusahalah kemudian berserah diri kepada Allah, semuanya akan baik baik saja. Karena tempat terbaik dalam menaruh kepercayaan dan juga harapan hanyalah Allah SWT. Dan Allah juga akan memberikan sesuatu sebagaimana prasangka kita terhadap takdir-Nya. Oleh karena itu berpikirlah positif agar takdir baik juga datang kepada kita.
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim bahwasanya dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwasanya Rasulullah SAW, bersabda, Allah ta’ala berfirman: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku”
Intinya adalah cobalah untuk tetap menjadi seorang pemimpi, namun bukan berarti hanya terus bermimpi tanpa melakukan apapun. Berusahalah menjalani semuanya dan tetap berpegang teguh dalam keimanan dan juga Islam agar terbebas dalam menghadapi kondisi di fase ini.