PPI TUNISIA

Apakah Boleh Menjadi People Pleaser Dalam Pandangan Islam?

Apakah Boleh Menjadi People Pleaser Dalam Pandangan Islam?

Oleh : Fadhlurrohman Aminullah

Islam mengajarkan berbuat baik kepada seseorang itu sesuatu yang perlu. Namun, sebagian orang lebih sering menyenangkan orang laintanpa memperhatikan kondisi dan kesenangan dirinya sendiri. Menolak permintaan seseorang atau berkata tidak, menjadi hal yang sulit dilakukan bagi sebagian orang. Apakah kamu pernah mengalami hal yang sama? Jika iya, mungkin kamu termasuk seorang People Pleaser.

Kasus People Pleaser menurut Susan Newman, seorang psikolog dari Amerika Serikat, People pleaser adalah mereka yang cenderung menyenangkan orang lain. Dan menurut Psikolog Klinis Dewasa dan Remaja, Jennyfer, M.Psi. mengatakan, People Pleaser adalah orang-orang yang mempriotaskan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, bahkan jika itu merugikan dia pun tidak masalah.

Menurut Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych. dalam bukunya Psikologi Sosial, manusia merupakan makhluk sosial sehingga membutuhkan orang lain di setiap kehidupan mereka. Bukan hanya menemani satu sama lain, mereka dapat membantu dan menolong kita disaat kita berada dalam kesulitan. Namun terkadang kondisi tersebut dapat disalah artikan karena beberapa orang yang terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Bagi sebagian orang menganggap ini wajar, tetapi ketika seseorang tersebut terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain dengan menyakiti dirinya sendiri maka bisa jadi orang tersebut memiliki gangguan mental dan akan berujung sebagai orang yang tidak memiliki pendirian dan jati diri.

People pleaser bisa terjadi pada siapa saja, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orang lansia. Melalui hasil riset yang telah dilakukan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, didapatkan data bahwa para mahasiswa ingin mendapatkan banyak teman, serta ingin disenangi oleh orang lain, lalu mereka yang kesulitan untuk mengambil keputusan dan pada akhirnya melakukan tindakan people pleaser tersebut. Dan berdasarkan hasil riset Parapuan kepada 328 responden perempuan dari berbagai latar belakang. Ada empat faktor penyebab utama mengapa meraka menjadi people pleaser, diantaranya yaitu menghindari konflik, takut menyakiti perasaan orang lain, ingin berguna bagi orang lain, dan sudah menjadi kebiasaan. Melelahkan karena kita tidak bisa menjadi diri sendiri dan tidak bisa berdiri dengan identitas unik kita sendiri.

Jika hal ini terus terjadi, bukan malah kita fokus menjadi diri yang lebih baik, tapi justru kita fokus berusaha agar selalu nampak baik di hadapan orang lain. Saat jiwa sudah lelah sekali, maka kita akan menghindar bertemu orang, berteman, bahkan bersosialisasi dengan keluarga karena merasa beban jika kita tidak memenuhi harapan mereka.

Kemudian muncul beberapa pertanyaan, apakah salah jika kita ingin diterima oleh orang sekitar? Salahkah jika kita senang dipuji? Salahkan jika kita mencari validasi? Apa salahnya menjadi orang yang menyenangkan? Bukankah kita seharusnya menjalani hidup kita di bumi dengan mencoba membuat orang bahagia?

Sebenarnya, keinginan di atas tidak sepenuhnya salah, yang harus dilihat adalah apa yang mendasari keinginan itu. Karena jika standarnya hanya ingin diterima oleh orang lain maka itu yang berbahaya. Karena pandangan manusia akan selalu berubah seiring perubahan waktu, tempat, dan standar mereka.

Jadi kita pikirkan lagi, apa tujuan hidup kita? Apakah Allah ingin kita menjadi orang yang menyenangkan? Atau apakah maqsad (tujuan) hidup kita ingin menyenangkan Allah? Jika dalam perjalanan kamu membuat Allah senang dan kamu juga menyenangkan orang, maka itu dapat diterima. Tetapi jika kamu hanya menghabiskan 5 jam hanya untuk memenuhi keinginan orang lain dan kemudian menghabiskan 30 menit mengeluh tentang hal itu kepada sahabat atau temanmu yang lain, maka hasil akhirnya adalah tubuh yang lelah dan jiwa yang terkuras.

Jadi, apakah boleh menjadi people pleaser dalam islam? Jawabannya adalah boleh, akan tetapi dengan batasan. Islam mengajarkan kita untuk mencari ridha manusia atas perintah Allah. Siapa meraka yang lebih utama? Orang tua dan suami (bagi wanita yang sudah menikah).

Dari Abdullah bin ‘Amru, ia berkata, Rasulullah bersabda : “Ridha allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (hasan. At-tirmidzi : 1899. Hr. Al-hakim : 7249, ath-thabrani dalam al-mu’jam al-kabir : 14368, al-bazzar ; 2394)

Dan dari hadist riwayat ath-thabrani “maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di salam surga?” Mereka menjawab ‘tentu saja wahai rasulullah.’ nabi berkata : “wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata, ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”

Itupun ada batasan dan syaratnya. Yakni, tidak ada ketaatan kepada makhluk kalau itu bermaksiat kepada al-khaliq. لاَ طَاعَةَ لِـمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْـخَالِقِ “tidak ada ketaatan kepada makluk dalam bermaksiat kepada al-khaliq”

Namun demikian bukan berarti kita harus menderita demi keridhaan mereka. Penderitaan bisa dikurangi jika harapan atau kemauan itu kita komunikasikan. Para orang tua dan suami pun tidak boleh seenaknya memakai dalih ‘ridha’ sebagai senjata untuk menindas anak istrinya. Karena perlakuan mereka pertanggung jawabkan nanti di hadapan yang Allah.

Jadi, ada beberapa kesimpulan menjadi People Pleaser dalam islam, diantaranya ;

Pertama, jadilah “Allah-Pleaser” dan bukan “People-Pleaser”. Kalaulah kita ingin meraih ridha manusia, landasi itu karena allah swt semata dan jadikan itu poros utama.

Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:


‎أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

Artinya : “Manusia yang paling dicintai oleh allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)

kedua, pencarian kita akan ridha manusia harus juga dilandasi karena ketaatan kita pada Allah. Namun demikian, tidak berarti kita harus mengorbankan kebahagiaan kita karena keduanya ada hubungan timbal balik yang harus saling memenuhi hak dan kewajibannya. Ingatlah bahwa kita memang berperan untuk membahagiakan orang tua dan suami, namun kita bukanlah satu satunya penentu bahagia atau sedihnya mereka. Mereka juga punya andil untuk membahagiakan diri mereka sendiri.

Ketiga, kalaulah karena ketaatan kita kepada Allah, manusia lain menolak kita, mencibir kita, mengucilkan kita dan menjauhi kita, maka tak perlu gundah gulana. Karena itu berati Allah memudahkan kita menyaring siapa yang layak menjadi teman dan sahabat.

Keempat, mulailah berani berkata tidak ketika suatu hal tak cocok dengan prinsip atau pandangan kita. Pertanyakan motivasi kita sebelum mengiyakan permintaan orang. Apakah ini karena ajaran islam dan ikhlas karena allah semata? Atau karena sungkan dan ga enak aja?

Kelima, tak perlu merasa bersalah, rendah diri ataupun berkecil hati jika penilaian kita akan sebuah realita berbeda dari orang lain dan penilaian kita masih ala kadarnya. Selama hal itu masuk ranah mubah, masih ada ruang untuk berkreasi dan mencoba. Jadi jangan takut tampil beda.

engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia” – Imam Syafi’i

“I don’t know the key to success but the key to failure is trying to please everybody”

Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *