
Menurut terminologi Arab, Daerah-daerah yang termasuk bagian Afrika Utara meliputi: lembah sungai Nil bagian bawah yang disebut dengan al-Misr, Libya, Cyenacia, Tripolitania dan Tunisia, yang seluruh wilayah itu dikenal orang-orang Arab sebagai Afrika. Serta wilayah Aljazair dan Maroko, yang oleh orang-orang Arab dikenal dengan sebutan al-Maghribi. Kehidupan sosial Afrika Utara masa lalu adalah masyarakat pedesaan yang bersifat kesukuan, dan patriarki.
Sedangkan menurut Ira M. Lapidus, seorang Profesor Emeritus Timur Tengah dan Sejarah Islam di The University of California di Berkeley berpendapat, bahwa yang termasuk wilayah Afrika Utara adalah Aljazair, Tunisia, Maroko dan Libya. Afrika Utara merupakan daerah penting bagi penyebaran agama Islam di daratan Eropa, meskipun begitu kekuasaan Islam tidak berjalan mulus. Ketika pertama kali Islam masuk daerah ini, guncangan politik akibat pemberontakan orang Barbar dan Romawi muncul silih berganti.
Saat pasukan Kristen ingin kembali menguasai Andalusia, para pengungsi berdarah Arab yang dikenal Maghribi Barbar bermigrasi menuju Afrika Utara. Mereka membentuk perkampungan Andalusia di Tunisia. Sebagian masyarakat petani Spanyol memperkenalkan irigasi, penggilingan, perkebunan dan kebun anggur. Kaum imigran diberi hak otonomi dalam mengumpulkan pajak, membentuk juru bicara yakni Syaikh al-Andalus. Kemajuan Afrika Utara dalam bidang arsitektur, dekorasi, seni bangunan masih bisa dinikmati hingga sekarang. Dalam bidang intelektual nama Ibn Battuta, Ibn Khaldun, Ibn Zuhr, Ibn Rusyd, Ibn Tufayl telah menjadi simbol kemajuan peradaban Islam di daerah tersebut.
Sejak periode awal Islam hingga abad ke-19, sejarah masyarakat Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama yaitu pembentukan negara dan Islamisasi. Penaklukan bangsa Arab terhadap masyarakat Barbar bermula dari dikuasainya Mesir, Tunisia pada abad ke-8, Maroko abad ke-11 dan Aljazair abad ke-16. Masyarakat Barbar terbagi menjadi dua yaitu Barbar pemukiman yang awalnya bertahan sebagai penganut Kristen, dan Barbar nomadic yang mendaftarkan diri sebagai pasukan bersenjata Arab dan membantu warga menyebarkan Islam ke Aljazair, Maroko dan Spanyol. Penaklukan oleh bangsa Arab mendorong pembentukan komunitas muslim. Peradaban Arab-Islam di Afrika Utara dibentuk berdasarkan integrasi kalangan penakluk Arab dengan masyarakat Barbar dan kota-kota di wilayah Laut Tengah. Beberapa kota di Afrika Utara merupakan pelopor peradaban Bizantium Romawi dan Bizantium Punic.
Hingga pertengahan abad ke-13, sejarah wilayah ini sejalan dengan periode kekhalifahan dalam sejarah perkembangan Timur Tengah dan merupakan tipe peradaban Islam Timur Tengah. Pada abad ke-16, sebagian besar wilayah Afrika Utara (kecuali Maroko) jatuh ke tangan Dinasti Usmani. Pada abad ke-18 dan ke-19, beberapa masyarakat dihancurkan oleh kompetisi ekonomi bangsa Eropa dan akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah kolonial.
Mulai abad delapan, mazhab Maliki berkembang pesat di seluruh penjuru Afrika Utara sebagai administrasi hukum, pendidikan dan legitimasi. Dua abad kemudian, Sufisme juga menjadi basis pengorganisasian warga pedalaman di Tunisia, Aljazair dan Maroko. Ia menjadi pemimpin koalisi kesukuan sebagai perlawanan bagi rezim negara. Saat keberadaan umat muslim di Spanyol berakhir, masyarakat muslim di Afrika Utara justru memasuki tahap perkembangan baru.
Kehancuran Dinasti Al-Muwahhidun mulai terbentuk konfigurasi baru antara negara dan masyarakat. Meskipun pola kekhalifahan tetap dilanjutkan namun negara-negara Afrika Utara mengarah pada pola struktur institusional Timur Tengah model Saljuk dan model Mamluk-Ayyubiyah di Mesir. Beberapa rezim dibentuk mewarisi Dinasti al-Muwahhidun dimana mereka didukung mawali (golongan muslim non-Arab), pasukan budak, pasukan bayaran dan birokrasi keluarga yang bergantung pada kesukuan yang berkuasa.
Sebelum Islam masuk ke Afrika Utara, daerah tersebut dikuasai oleh kekaisaran Romawi yang kejam. Bermacam-macam pungutan pajak dibebankan kepada masyarakat mulai dari pajak jiwa, pakaian, perabot rumah tangga, bahkan pajak orang mati. Semenjak kedatangan Islam, orang Barbar terakomodasi dalam pemerintahan. Keberadaan Islam telah menggoreskan tinta emas di wilayah tersebut dengan capaian peradaban yang tinggi. Keberadaan Islam di Afrika Utara mengalami masa yang berbeda-beda, mulai dari kejayaan hingga keterpurukan.
Akhirnya pada abad ke-18 merupakan periode krisis bagi muslim Afrika Utara. Pemerintahan Usmani tidak mampu melindungi, sehingga perekonomian jatuh ke dalam perbudakan bangsa Eropa. Merosotnya kekuatan perekonomian turut berpengaruh dalam bidang pemerintahan sehingga mereka ditaklukkan oleh Perancis.
Sangat menambah wawasan saya dan pera pembaca lainnya tentang perkembangan islam di afrika dan eropa
Alhamdulillah