
PPI Tunisia – Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PPIDK Timtengka) kembali menggelar acara besar tahunan, yaitu Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika. Acara besar ini kembali digelar secara offline pasca pandemi covid-19 dengan tuan rumah PPI Tunisia.
Acara tersebut dimulai pada 17 Juli mendatang bertempat di Hotel Africa Tunis, yang akan dihadiri oleh tokoh dan pakar berpengaruh di berbagai bidang dari Indonesia maupun Timur Tengah. Serta akan hadir juga para delegasi tiap negara Timur Tengah dan Afrika.
Tujuan dari simposium ini adalah untuk memperkaya wawasan keilmuan, bertukar pikiran, membangun jaringan dan meningkatkan kepedulian antar mahasiswa di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Simposium kali ini, menggagas tema “Poros Global Moderasi Keagamaan di Indonesia dan Timur Tengah”.
Melalui simposium ini, diharapkan dapat memahami nilai-nilai moderasi Islam bagi peradaban dan kemanusiaan, meningkatkan peran pelajar dan mahasiswa Indonesia di kawasan Timur Tengah dan Afrika dalam misi menebarkan Islam yang moderat.
Oleh karena itu, acara Simposium Kawasan ini akan menjadi Perekat Persatuan antar mahasiswa Timur Tengah dan Afrika dalam hal mencapai visi misi serta tujuan yang sama.
Fungsi memperkuat solidaritas, unsur ini sedikitnya memiliki dua syarat, yaitu berciri khas Indonesia, dan menjadi “gagasan kolektif” sebagai wahana komunikasi untuk menumbuhkan saling pengertian serta mempertinggi rasa solidaritas bangsa.
Misalnya, dapat dikatakan bahwa ideologi Pancasila dan bahasa Indonesia memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai identitas nasional dan sebagai pengikat solidaritas bangsa Indonesia dalam memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan.
“Kami melihat pentingnya Pancasila sebagai pengikat persatuan dan ideologi bangsa. Kami meyakini pentingnya UUD 1945 sebagai konsensus bersama seluruh elemen bangsa, seluruh warga negara,” kata Jokowi saat menghadiri Simposium Internasional MK se-Asia di Solo, Jawa Tengah. Oleh karena itu, harus dipegang teguh konstitusi untuk memastikan adanya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perlindungan disini adalah pelindung keberagaman. Salah satunya, perlindungan untuk berpendapat yang menjadi ciri demokrasi maupun keberagaman etnis, budaya dan agama. Sebagai negara demokrasi, Indonesia menjadikan kontitusi sebagai jangkar, pijar penerang pemahaman negara serta menjadi tonggak rujukan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semangat persatuan dan kesatuan yang dijiwai oleh Pancasila merupakan nilai normatif yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa melalui pembentukan dan karakter bangsa. Proses ini harus kita lanjutkan dan kembangkan dan jangan berhenti karena kita telah memutuskan untuk mendirikan negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka sesuai tonggak sejarah Soempah Pemoeda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Hadirnya Simposium Kawasan ini, dapat menjadi wadah dalam mengembangkan potensi pelajar dan mahasiswa Indonesia Kawasan Timur Tengah dan Afrika, serta dapat memberikan usulan dan ide terkait moderasi Islam kepada pemerintah Indonesia.
Seperti halnya cerita para pemimpin bangsa, sejak awal mereka memimpin bangsa ini dengan penuh pengalaman dan pemahaman untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan yang mengelilingi garis khatulistiwa. Nusantara ini memerlukan satu visi yang jauh ke depan melampaui batas-batas keanekaragaman tata nilai yang dimiliki oleh suku-suku bangsa kita.
Selamat datang dan selamat bergabung pada forum Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika 2023 di Tunisia. Kita nantikan gagasan dan inovasi baru dari para peserta delegasi Timur Tengah. Terima kasih.
Erli Eka Aprilia, Mahasiswi S2 Universitas Az-Zaitunah Tunisia