
Tahun ini, Perhimpunan Pelajar Dunia Kawasan Timur Tengah (PPIDK Timtengka) kembali menggelar acara simposium dengan mengusung tema “Moderasi Beragama Indonesia-Timur Tengah.” Tema ini yang akan dibahas secara spesifik saat simposium kawasan pada 17-21 Juli mendatang.
Tunisia menjadi tuan rumah dalam acara besar ini. Negara arab kawasan maghribi, yang dianggap sebagai negara yang memiliki prinsip moderat dan telah melahirkan ulama-ulama moderat juga, seperti Syeikh Thahir Ibnu Ashur, pakar tafsir dan pemikir islam moderat. Serta Ibnu Khaldun, bapak sosiologi dan sejarawan tunisia pada Abad ke-14.
Tunisia menjadi negara moderat dan beruntung karena memiliki tokoh pemikir islam moderat dunia.
Simposium kawasan ini merupakan kegiatan yang bersifat investigatif, menyelidiki lebih jauh dan mendalam serta adanya peninjauan-peninjauan dari berbagai sudut pandang yang tentunya membutuhan para tokoh dan pakar yang lebih berpengalaman sebagai pembicara untuk menghasilkan kesepakatan yang sempurna.
Para tokoh memiliki peran penting dan mempunyai pengaruh yang besar terutama dalam sebuah forum diskusi seperti simposium. Karena, mereka akan menjadi rujukan dalam penyelesain masalah topik tema simposium.
Kehadiran para tokoh dan pakar dalam simposium yakni sebagai ujung tombak dalam memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang moderasi beragama di indonesia dan timur tengah. selain itu, tentunya mereka juga sebagai media alternatif dalam memberi pemahaman nilai-nilai moderasi beragama.
Oleh karena itu, panitia simposium kawasan yang di ketuai oleh Ahmad Hashif Ulwan tahun ini akan mengundang para tokoh terkemuka. Panitia berharap mahasiswa timur tengah dapat menyerap pengetahuan tentang moderasi beragama dari berbagai sudut pandang para tokoh tersebut.
Duta Besar Republik Indonesia untuk tunisia, Zuhairi Misrawi L.c., M.A., tokoh terkemuka yang dikenal sebagai cendikiawan NU telah banyak mengemukakan moderasi beragama di indonesia, bahkan ia merupakan seorang penulis dan intelektual muda yang selalu mengkritik kekerasan yang mengatasnakan agama, radikalisme dan puritanisme. Oleh sebab itu, ia mendukung penuh acara besar ini dan tentunya akan menjadi salah satu pembicara pada simposium kawasan nanti.
Para delegasi 18 PPI negara di Kawasan Timur Tengah berkesempatan berdiskusi dan berkolaborasi dengan para tokoh terkemuka untuk merespon isu moderasi beragama di indonesia maupun Timur Tengah. Selanjutnya, mengorganisasikan pengertian dan pengetahuan tentang moderasi beragama, bertukar pikiran serta mengumpulkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang isu tersebut.
Sehingga pada akhirnya, mahasiswa timur tengah ikut berperan dan bersepakat dalam menggagaskan ide moderasi beragama yang menjadi misi Kementrian Agama Republik Indonesia dalam mengatasi ekstremisme dan radikalisme agama.